Tentara
Salib Perancis berangkat dari Metz pada bulan Juni, dipimpin oleh
Louis, Thierry dari Elsas, Renaut I dari Bar, Amadeus III dari Savoy dan
saudaranya, William V dari Montferrat, William VII dari Auvergne, dan
lain-lain, bersama dengan pasukan Lorraine, Bretagne, Burgundi, dan
Aquitaine. Pasukan dari Provence, dipimpin oleh Alphonse dari Tolosa,
memilih untuk menunggu sampai bulan Agustus. Di Worms, Louis bergabung
dengan tentara salib dari Normandia dan Inggris. Mereka mengikuti rute
Conrad dengan damai, meskipun Louis datang dalam konflik dengan Geza
dari Hongaria sat Geza menemukan Louis telah mempersilahkan orang
Hongaria untuk bergabung dengan pasukannya.
Relasi dengan
Bizantium juga kecil, dan Lorrainer, yang telah maju, juga datang dengan
konflik dengan orang Jerman yang perjalanannya lebih lambat. Sejak
negosiasi awal diantara Louis dan Manuel, Manuel telah melaksanakan
kampanye militer melawan Kesultanan Rüm, menandatangani gencatan senjata
dengan Mas'ud. Ini telah dilakukan sehingga Manuel bebas
mengkonsentrasikan pertahanan kekaisarannya dari tentara salib, yang
telah mendapat reputasi untuk pencurian dan penghianatan sejak Perang
Salib Pertama dan dituduh melakukan hal jahat di Konstantinopel. Relasi
Manuel dengan pasukan Perancis lebih baik daripada dengan orang Jerman,
dan Luis terhibur di Konstantinopel. Beberapa orang Perancis marah
karena gencatan senjata Manuel dengan Seljuk dan melakukan penyerangan
di Konstantinopel, tapi mereka dikendalikan oleh papal legate.
Saat
pasukan dari Savoy, Auvergne, dan Montferrat bergabung dengan Louis di
Konstantinopel, melewati Italia dan menyebrang dari Brindisi menuju
Durres, seluruh pasukan perahu mereka menyebrangi Bosporus menuju Asia
Kecil. Dalam tradisi yang dibuat oleh Kakek dari Manuel, Alexios I,
Manuel menyuruh orang Perancis untuk mengembalikan teritori manapun yang
direbutnya kepada Bizantium. Mereka disemangati oleh rumor bahwa orang
Jerman telah merebut Iconium, tapi Manuel menolak memberi Louis satupun
pasukan Bizantium. Bizantium baru saja diserang oleh Roger II dari
Sisilia, dan semua pasukan Manuel diperlukan di Balkan. Baik Jerman dan
Perancis memasuki Asia tanpa bantuan Bizantium, tidak seperti Perang
Salib Pertama.
Orang Perancis bertemu sisa dari pasukan Conrad di
Nicea, dan Conrad bergabung dengan pasukan Louis. Mereka mengikuti rute
Otto dari Freising sepanjang pantai Mediterania, dan mereka tiba di
Efesus pada bulan Desember, dimana mereka mempelajari kalau Turki Seljuk
menyiapkan penyerangan untuk menyerang mereka. Manuel juga mengirim
duta besar yang mengkomplain tentang menjarah dan merampas yang Louis
lakukan disepanjang jalan, dan tidak ada tanggung jawab kalau Bizantium
akan membantu mereka melawan Turki Seljuk. Setelah itu, Conrad jatuh
sakit dan kembali ke Konstantinopel, dimana Manuel memeriksanya, dan
Louis, tidak mendengarkan peringatan serangan Seljuk, maju keluar
Efesus.
Seljuk menunggu menyerang, tapi dalam pertarungan kecil
diluar Efesus, orang Perancis menang, Mereka mencapai Laodicea pada
bulan Januari tahun 1148, hanya beberapa hari setelah pasukan Otto dari
Freising dihancurkan di daerah yang sama. Melanjutkan serangan, barisan
depan dibawah Amadeus dari Savoy terpisah dari sisa pasukan, dan pasukan
Louis diikuti oleh orang Turki, yang tidak menyadarinya. Orang Turki
tidak mengganggu dengan menyerang lebih jauh dan orang Perancis maju ke
Adalia, yang telah dihancurkan dari jauh oleh Seljuk, yang juga telah
membakar tanah untuk menghindari orang Perancis dari melengkapi
makanannya, baik untuk diri mereka maupun untuk orang Perancis. Louis
ingin untuk melanjutkan dengan tanah demi tanah, dan telah dipilih untuk
mengumpulkan armada di Adalia dan berlabuh ke Antiokhia. Setelah
terlambat selama 1 bulan karena badai, hampir semua kapal yang
dijanjikan tidak tiba. Louis dan koleganya mengambil kapal untuk diri
mereka sendiri, dimana sisa pasukan harus melanjutkan serangan jauh ke
Antiokhia. Pasukan itu hampir dihancurkan seluruhnya, baik karena orang
Turki maupun karena sakit.
Perjalanan menuju YerusalemLouis
tiba di Antiokhia pada tanggal 19 Maret, setelah terlambat karena
badai; Amadeus dari Savoy tewas di Siprus selama perjalanan. Louis
disambut oleh paman dari Eleanor, Raymond. Raymond mengharapkannya
membantunya bertahan melawan Seljuk dan menemaninya dalam ekspedisi
melawan Aleppo, tapi Louis menolak, dia lebih memilih untuk memasuki
Yerusalem daripada fokus dalam aspek militer. Eleanor menikmatinya, tapi
pamannya mau dia tetap disitu dan menceraikan Louis jika dia menolak
membantunya. Louis segera meninggalkan Antiokhia dan pergi ke Kerajaan
Tripoli. Setelah itu, Otto dari Freising dan sisa pasukannya tiba di
Jerusalam pada awal April, setelah itu Conrad segera sampai, dan Fulk,
Patriarch dari Yerusalem, dikirim untuk mengundang Louis bergabung
dengan mereka. Armada yang berhenti di Lisboa tiba pada saat ini, dan
juga orang Provencals dibawah Aphonse dari Tolosa. Alphonse sendiri
telah tewas dalam perjalanan menuju Yerusalem, diracuni oleh Raymond II
dari Tripoli, keponakannya yang takut akan aspirasi politiknya di
Tripoli.
Dewan Akko
Mesjid Umayyah di tengah kota Damaskus
Di
Yerusalem, fokus perang salib berubah di Damaskus, target yang diincar
oleh Raja Baldwin III dan Ksatria Templar. Conrad didesak untuk
mengambil bagian dalam ekspedisi ini. Saat Louis tiba, Haute Cour
bertemu di Akko pada tanggal 24 Juni. Ini adalah pertemuan paling
spektakular dari Cour dalam keberadaannya: Conrad, Otto, Henry II dari
Austria, Frederick I, dan William V dari Montferrat mewakili Kekaisaran
Romawi Suci; Louis, Bertrand anak dari Alphonse, Thierry dari Elsas, dan
raja lainnya mewakili Perancis; dan dari Yerusalem, Raja Baldwin, Ratu
Melisende, Patriarch Fulk, Robert dari Craon, Raymond du Puy de
Provence, Manasses dari Hierges, Humphrey II dari Toron, Philip dari
Milly, dan Barisan dari Ibelin. Catatan, tidak ada yang datang dari
Antiokhia, Tripoli, ataupun dari Edessa datang. Beberapa orang Perancis
menyadari kalau kewajiban mereka terpenuhi, dan mau pulang; beberapa
bangsawan Yerusalem menunjuk bahwa tidak bijaksana untuk menyerang
Damaskus, sekutu mereka melawan Dinasti Zengid. Conrad, Louis, dan
Baldwin berisikeras, dan pada bulan Juli, pasukan itu bersiap di
Tiberias.
Pertempuran DamaskusTentara
Salib memilih untuk menyerang Damaskus dari timur, dimana kebun akan
memberi mereka makanan konstan. Mereka tiba pada tanggal 23 Juli, dengan
pasukan Yerusalem di garis depan, diikuti dengan Louis dan lalu Conrad
sebagai penjaga belakang. Orang Muslim berisap untuk serangan dan
langsung menyerang pasukan yang maju menuju perkebunan. Pasukan Salib
mampu melawan mereka dan mengejar mereka kembali ke Sungai Barada dan
menuju Damaskus; setelah tiba diluar tembok kota, mereka langsung
menyerang Damaskus. Damaskus telah meminta bantuan dari Saifuddin Ghazi I
dari Aleppo dan Nuruddin dari Mosul, dan vizier, Mu'inuddin Unur,
memimpin serangan yang tidak berhasil pada kemah pasukan salib. Ada
konflik pada kedua kemah: Unur tidak mempercayai Saifuddin atau Nuruddin
dari menguasai seluruh kota jika mereka menawarkan bantuan; dan pasukan
salib tidak setuju siapa yang akan mendapatkan kota jika mereka
merebutnya. Pada 27 Juli, pasukan salib memilih untuk bergerak ke bagian
timur kota, yang lebih sedikit pertahanannya, tetapi memiliki sedikit
persediaan makanan dari air. Nuruddin telah tiba dan tidak mungkin untuk
kembali ke posisi mereka yang terbaik. Pertama Conrad, lalu sisa dari
pasukan, memilih untuk mundur ke Yerusalem.
AkibatSemua
sisi merasa dikhianati oleh yang lain. Rencana lain baru dibuat untuk
menyerang Ascalon, dan Conrad membawa pasukannya kesana, tapi tidak ada
bantuan tiba, karena tidak ada kepercayaan karena kegagalan serangan
Damaskus. Ekspedisi Ascalon ditinggalkan, dan Conrad kembali ke
Konstantinopel, dimana Louis tetap berada di Yerusalem sampai tahun
1149. Kembali ke Eropa, Bernard dari Clairvaux juga dipermalukan, dan
ketika dia hendak memanggil perang salib yang gagal, dia mencoba
memisahkan dirinya dari fiasco perang salib kedua. Dia meninggal pada
tahun 1153.
Serangan Damaskus membawa malapetaka kepada
Yerusalem: Damaskus tidak lagi percaya kepada Kerajaan Tentara Salib,
dan Kota itu diambil oleh Nuruddin pada tahun 1154. Baldwin III akhirnya
mengepung Ascalon pada tahun 1153, dimana membawa Mesir kedalam konflik
ini. Yerusalem mampu membuat kemajuan memasuki Mesir, dengan singkat
merebut Kairo pada tahun 1160. Namun, relasi dengan Kekaisaran Bizantium
dicampur, dan bantuan dari barat jarang setelah bencana dari perang
salib kedua. Raja Amalric I dari Yerusalem bersekutu dengan Bizantium
dan berpartisipasi dalam invasi Mesir tahun 1169, tapi ekspedisi ini
gagal. Pada tahun 1171, Saladin, keponakan dari salah satu jendarl
Nuruddin, menjadi Sultan Mesir, mempersatukan Mesir dan Siria dan
mengepung kerajaan tentara Salib. Setelah itu, aliansi dengan Bizantium
berakhir dengan kematian kaisar Manuel I pada tahun 1180, dan pada tahun
1187, Yerusalem diserang dan direbut oleh Saladin. Pasukannya lalu
menyebar ke utara dan merebut semua ibukota dari semua daerah yang
direbut tentara salib, menyulut terjadinya Perang Salib Ketiga.
...bersambung Referensi:
Pustaka utama
* Anonymous. De expugniatione Lyxbonensi. The Conquest of Lisbon.
Edited and translated by Charles Wendell David. Columbia University
Press, 1936.
* Odo dari Deuil. De profectione Ludovici VII in
orientem. Edited and translated by Virginia Gingerick Berry. Columbia
University Press, 1948.
* Otto dari Freising. Gesta Friderici I
Imperatoris. The Deeds of Frederick Barbarossa. Edited and translated by
Charles Christopher Mierow. Columbia University Press, 1953.
*
The Damascus Chronicle of the Crusaders, extracted and translated from
the Chronicle of Ibn al-Qalanisi. Edited and translated by H. A. R.
Gibb. London, 1932.
* William dari Tirus. A History of Deeds Done
Beyond the Sea. Edited and translated by E. A. Babcock and A. C. Krey.
Columbia University Press, 1943.
* O City of Byzantium, Annals of Niketas Choniatēs, trans. Harry J. Magoulias. Wayne State University Press, 1984.
* John Cinnamus, Deeds of John and Manuel Comnenus, trans. Charles M. Brand. Columbia University Press, 1976.
Pustaka kedua
* Michael Gervers, ed. The Second Crusade and the Cistercians. St. Martin's Press, 1992.
* Jonathan Phillips and Martin Hoch, eds. The Second Crusade: Scope and Consequences. Manchester University Press, 2001.
* Steven Runciman, A History of the Crusades, vol. II: The Kingdom
of Jerusalem and the Frankish East, 1100-1187. Cambridge University
Press, 1952.
* Kenneth Setton, ed. A History of the Crusades, vol. I. University of Pennsylvania Press, 1958 (available online).
lengkap banget infonya makasih yah
BalasHapusElever Agency